Jurnal Mentah
Thursday, 21 January 2021
Unfeeling
Being unfeeling is fine, nice and all if there's a demand from others to keep your life energy going. But in case of total neglect and isolation, you kind of have to create that living force on your own or you end up dead. Although producing that kind of energy is tiring.
Wednesday, 11 March 2015
Sekilas Tentang Terapi-Diri (Sistem Keluarga Internal)
Beberapa minggu lalu saya memesan dua buah buku, berkaitan dengan bangkitnya ketertarikan saya terhadap spiritualitas dan penyembuhan diri. Buku pertama berjudul How To Know God yang ditulis oleh Deepak Chopra. Buku ini saya beli setelah mendapat e-mail dari Dee Lestari, penulis novel Supernova. Saat itu saya menanyakan daftar referensi yang beliau pakai ketika menulis buku Supernova episode pertama yang banyak membahas sains, filsafat eksistensialisme, dan psikologi. Buku Deepak Chopra ternyata salah satu dari daftar buku yang jadi referensinya. Karena saat itu budget saya terbatas, saya memutuskan akan membeli dua buku saja dari Periplus.com. Buku lainnya yang saya beli berkaitan dengan keinginan saya yang lain, yaitu melakukan terapi secara mandiri untuk menyelesaikan masalah saya sendiri. Saya memutuskan begitu karena selalu saja ada yang membuat saya batal melakukan terapi betulan ke ahlinya, jadi saya pikir apa salahnya saya mencoba mencari teknik melakukan terapi itu sendiri? Saya meng-Google buku yang cocok untuk ini dengan keyword "Self therapy book" dan buku pertama yang keluar memiliki judul yang sama, Self-Therapy yang ditulis oleh Jay Earley. Dari review yang saya baca, buku ini dikatakan mengubah pandangan para pembacanya, teknik diterangkan secara detail dan jelas. Jadilah saya memutuskan membeli buku ini. Kemudian, dua hari yang lalu, saya menerima paket kiriman kedua buku ini. Di sini saya akan membahas teknik IFS (Internal Family Systems) yang ada dalam buku Self-Therapy.
Tujuan saya menulis ini adalah untuk menambah referensi model IFS berbahasa Indonesia. Tadi saya sempat browsing referensi Indonesia dan terapis di Indonesia yang memakai model IFS. Hasilnya tidak ada. Yang ada hanya hipnoterapis Part Work, yang modelnya sedikit mirip dengan IFS karena membahas "bagian-bagian" (parts) dalam diri kita. Bahkan artikel berbahasa Indonesia untuk model IFS tidak ada.
Untuk pendahuluan, saya akan membahas beberapa poin penting dalam cara kerja IFS. Poin-poin tersebut antara lain: asumsi dasar, bagian-bagian, Manajer, Pemadam, Tahanan, Diri dan proses penyembuhan.
Catatan: Saya harus menyingkat beberapa istilah demi memudahkan penulisan dan tidak membuat istilahnya terlalu rumit. Misalnya, Firefighters yang seharusnya berarti Para Pemadam Kebakaran, saya singkat menjadi Pemadam agar lebih mudah diingat dan dibaca.
ASUMSI DASAR
Sistem Keluarga Internal atau Internal Family Systems (IFS) merupakan model kepribadian yang menyatakan bahwa dalam setiap orang, terdapat bagian-bagian (parts) atau kepribadian kecil yang memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan kita. Secara alami, seiring pertumbuhan kita dari lahir hingga sekarang, bagian-bagian tersebut muncul karena dipicu oleh kejadian-kejadian yang kita alami.
Secara umum, bagian-bagian dalam diri kita dapat dikategorikan menjadi Pelindung (Protectors) dan Tahanan (Exiles, arti aslinya adalah "warga pengasingan"). Saat kita mengalami kejadian-kejadian traumatis, khususnya saat kita kecil dan tidak berdaya, sisi kita yang tidak berdaya tersebut membeku dan menjadi Tahanan/Exiles. Si Tahanan menanggung perasaan-perasaan ekstrim seperti malu, takut, cemas, kesepian, tidak berdaya, dll. Kejadian traumatis membuatnya beku, terkurung, tidak bisa bertumbuh, selamanya terperangkap dalam sosok anak kecil dalam kurungan. Namun, bagaimana kita dapat bertahan dalam hidup jika sudah terkurung sebagai Tahanan?
Di situlah Pelindung muncul. Pelindung bertugas agar kita tetap bisa berfungsi dan tidak merasakan rasa sakit yang diderita Tahanan. Dalam melakukan tugasnya, Pelindung bisa dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama, Manajer, yang berusaha melindungi kita dengan cara mengurung Tahanan dan melakukan hal-hal yang positif untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Yang kedua, Pemadam (Firefighters) yang melindungi kita dengan cara menenangkan Tahanan agar tidak kolaps dan tidak terus disakiti. Untuk itu, biasanya Pemadam mengatasi Tahanan yang berontak dengan cara yang instan dan terlihat negatif, misalnya merokok, mabuk-mabukan, menunda pekerjaan, menyakiti tubuh, mengalihkan kita dari suatu topik, membuat kita pusing, lupa, dsb. Dan, cara-cara ini terbukti ampuh untuk menenangkan Tahanan, walau untuk sementara. Pernahkah kamu merasa dalam dirimu seperti ada dua kubu yang saling bertentangan dan bertikai? Ini sering diilustrasikan dengan gambaran malaikat dan iblis yang melayang di bahu kita. Misalnya, ada iblis yang berkata, "Ayo, makan aja cokelatnya. Makan coklat bisa bikin kamu lebih rileks." Tapi, di sisi lain ada malaikat yang memperingatkan, "Jangan makan coklat. Kamu ga liat apa, kamu udah gendut gitu?! Nanti, kalau semua baju ga pas, kamu sendiri yang repot!" Kedua kubu ini merepresentasikan bagian Manajer dan Pemadam yang berdebat demi melindungi Tahanan. (Contoh lebih untuk masing-masing bagian ini akan kita bahas di poin-poin berikutnya.)
Terlepas dari bagian-bagian yang saling bertikai ini, ada satu sosok yang tidak terpengaruh dan tetap waras dalam kita. Sosok ini bersifat tenang, pengertian, teguh, penuh kasih, ingin tahu dan mengandung kualitas-kualitas positif lainnya. Sosok ini adalah Diri kita yang sejati. Self. Semua orang memiliki Diri. Hanya saja, seiring pengalaman-pengalaman menyakitkan, Diri tertutupi oleh bagian-bagian yang berusaha melindungi kita. Para Pelindung kehilangan kepercayaannya pada Diri. Mereka menganggap Sang Diri masih kecil, dan tidak sadar bahwa seiring berjalannya waktu, Diri sudah bertumbuh dan memiliki kemampuan untuk memimpin mereka. Karena itulah, tujuan dari terapi IFS adalah membuat bagian-bagian kita menyadari keberadaan Diri sebagai penyembuh dan sebagai sosok yang kuat. Dalam proses penyembuhan ini, Diri harus bisa mempertahankan eksistensinya dan berinteraksi dengan bagian-bagian lain untuk menuju pemulihan dan keharmonisan antara setiap bagian.
Dalam proses pemulihan ini, Diri akan mengalami beberapa tantangan. Ia perlu mempertahankan keadaan murninya, tanpa dirasuki oleh bagian-bagian lain. Sementara itu, Diri akan berusaha mengakses tiap bagian. Pertama, Ia akan berinteraksi dengan Para Pelindung dan memahami niat-niat baik mereka, karena pada dasarnya, Para Pelindung muncul dengan niat untuk menghilangkan penderitaan yang dialami Tahanan. Diri yang memiliki sifat pengertian dan ingin tahu akan memahami kekhawatiran-kekhawatiran yang dirasakan Para Pelindung, dan berusaha meyakinkan mereka bahwa Diri dapat membantu mereka mengatasi masalah-masalahnya. Setelah Diri memperoleh kepercayaan mereka kembali, barulah Diri boleh mengakses Tahanan yang dilindungi. Diri akan mencari tahu permasalahan yang dialami Tahanan, dan setelah itu berupaya untuk memulihkannya kembali. Setelah Tahanan pulih, Diri tidak lantas mengabaikan Para Pelindung. Diri wajib membantu mereka mencari peran baru yang lebih sehat dan konstruktif. Saat tahap akhir ini tercapai, Diri akan mengambil alih sebagai pemimpin dan bekerja sama dengan tiap bagian secara harmonis.
BAGIAN-BAGIAN
Bagian-bagian dalam diri kita terbentuk dengan peran tertentu. Tujuan mereka sama, untuk menghilangkan penderitaan yang kita alami. Dari pemahaman ini, IFS mengajak kita untuk tidak membeda-bedakan bagian-bagian dengan label "jahat" atau "baik", IFS membantu kita memahami bahwa semua bagian ini memiliki niat yang positif. Bahkan untuk orang terjahat sekalipun, perilaku mereka semata-mata didorong oleh bagian yang menginginkan hal terbaik. Sebagai akibatnya, kita menyambut setiap bagian dengan tangan terbuka dan pengertian, bukan menghakimi.
Walau begitu, cara-cara ekstrim yang mereka tempuh tidak selalu berhasil. Terkadang, strategi yang mereka lakukan membuat kita semakin terpuruk dalam penderitaan, kegagalan, dan putus asa.
Tiap bagian dapat memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Mereka memiliki cara berpikir, perasaan, dan perilaku yang bisa jadi mirip, bisa jadi saling bertentangan. Mereka bekerja dengan sistem yang otonomis, mandiri. Sampai di sini mungkin kita mengira konsep ini mengada-ada dan palsu. Saya juga awalnya berpikiran seperti itu. Mungkin saja apa yang disebut "bagian-bagian" ini jadi ada karena diciptakan oleh para praktisi IFS ini sendiri? Namun, dalam bukunya, Jay Earley menyatakan bahwa ia memilih untuk yakin bahwa bagian-bagian ini memang benar-benar ada, bahkan memiliki rupa dan kepribadian tersendiri. Dan saya tidak bisa menyangkal memang terdapat bagian-bagian yang berbeda yang seringkali mendorong saya melakukan hal tertentu. Dalam IFS, memahami mereka sebagai makhluk yang memiliki sifat dan pola pikir tersendiri merupakan upaya untuk lebih mudah mengenali tiap bagian ini. IFS mendorong kita melihat mereka sebagai sosok yang hidup, dengan begitu kita dapat berinteraksi dan memahami motivasi di balik gerak-gerik mereka.
MANAJER
"Kita semua punya malaikat pelindung." Mungkin kita pernah mendengar istilah seperti ini. Dan nyatanya, malaikat pelindung memang ada, dalam diri kita sendiri. Begitu menurut IFS.
Dalam poin sebelumnya, kita sudah paham bahwa kita memiliki bagian-bagian yang otonomis. Manajer adalah bagian yang berperan untuk membangun kita ke arah yang lebih baik dengan cara antisipasi dan kontrol diri. Strateginya lebih bersifat jangka panjang. Cara-cara yang diajukannya cenderung terlihat positif. Dalam IFS dipaparkan bahwa terdapat banyak bagian yang dapat digolongkan dalam kategori Manajer. Jadi, dalam keberlangsungan hidup kita, terdapat banyak Manajer yang berusaha mengelolanya.
Walau begitu, terdapat Manajer-manajer yang menjalankan strateginya dengan ekstrim, sehingga sebagai akibatnya membuat kita kelelahan dan sumpek dengan tuntutannya. Berikut contoh beberapa Manajer yang mungkin kamu miliki. Perlu ditekankan, bahwa pemberian nama dan karakter untuk masing-masing bagian tidaklah pasti, dan kamu bebas menamakannya apa saja (dan lebih baik lagi kalau kamu bertanya ke bagian itu ia ingin diberi nama apa). Tidak harus sama persis dengan jenis Manajer yang dijabarkan di bawah ini.
- Hakim (Judge). Peran Hakim adalah untuk menghakimi atau mengkritik bagian-bagian yang salah dari kita. Misalnya, ketika kita makan terlalu banyak, Hakim akan mencela kita habis-habisan. Ketika kita berprasangka buruk ke orang lain, Hakim akan membuat kita merasa bersalah karena mungkin orang tersebut sudah banyak membantu kita.
- Cendekiawan (Intellectualizer). Cendekiawan berperan sebagai pembius perasaan emosional kita. Misalnya, ketika teman kita sedih dan curhat, kita mendengarkan dengan cara menganalisis masalahnya, bukan turut merasakan kesedihannya. Kita mungkin memberi saran seperti, "Berdasarkan teori blablabla, masalah kamu bisa selesai kalau kamu melakukan ini dan itu." Dan ini yang cenderung dilakukan Cendekiawan ke bagian-bagian kita yang lain. Ia mengobservasi, menganalisa, dan memprediksi gerak-gerik bagian lain tanpa benar-benar menyimak dan ingin tahu.
- Pelayan (People Pleaser). Bagian ini berupaya mengurangi rasa sakit Tahanan dengan cara menyenangkan orang lain. Mungkin, Pelayan percaya dengan menyenangkan orang lain, kamu tidak akan diabaikan atau tidak dimusuhi. Atau kamu akan menerima perhatian yang sangat dibutuhkan Tahanan.
- Penghindar (Avoider). Penghindar memastikan bahwa Tahanan tidak disakiti orang lain. Ia mungkin berpikir bahwa sebelum disakiti orang lain, dia harus menghindar lebih duluan. Ia berusaha memastikan kita tidak akan diabaikan atau disakiti orang lain, dengan cara menghindar.
Masih banyak lagi jenis Manajer lain. Saya juga sudah berusaha mengidentifikasi (belum mengakses) beberapa bagian dalam diri saya. Untuk contoh lebih jelas betapa variatifnya Para Manajer ini, biar saya uraikan beberapa Manajer yang sudah berhasil saya identifikasi.
- Si Optimis. Saya menamakannya Si Optimis karena dia selalu berusaha memotivasi saya dengan dorongan-dorongan positif saat saya sedang putus asa. Bagian ini berusaha memastikan saya tetap bangkit walau sudah berkali-kali jatuh. Kadang mungkin semangatnya terlihat tidak realistis, tapi ia banyak membantu saya tetap memiliki arah di saat bagian-bagian lainnya mengatakan hal lain.
- Penyunting. Bagian ini bekerja mirip dengan Hakim yang saya uraikan di atas. Hanya saja, Penyunting dalam diri saya lebih spesifik. Sebelum saya dikritik atas kesalahan saya, ia berusaha duluan untuk memperbaiki. Misalnya, saat saya menulis suatu postingan di Facebook, ia mungkin merasa ada yang salah dengan postingan tersebut, dan kemudian akan mengedit atau menghapusnya. Lalu, saat ada yang dianggap kurang dalam penampilan saya, ia akan berusaha memperbaikinya, walau kadang apa yang dilakukannya sangat menyita waktu.
- Penolong. Bagian ini selalu ingin saya untuk lebih berguna bagi orang dan makhluk lain. Mungkin dengan begitu, saya bisa merasa lebih berarti dan dihargai. Separuh dari keinginan saya untuk terus menjalani gaya hidup vegan berasal dari bagian Penolong. Saya bilang separuh, karena bagian ini mengharapkan dengan menjadi vegan, saya dapat terlihat berdedikasi dan membantu para hewan. Sebagian lagi keinginan saya jadi vegan mungkin berasal dari bagian lain atau bahkan dari Diri, yang memang serius kasihan sama hewan.
- Pengawas. Sama dengan Penghindar yang saya jelaskan di atas. Hanya saja saya beri nama Pengawas karena saya ingin memberi nama yang lebih positif. Bagian Pengawas sering paranoid dan menghindari orang lain karena takut akan terjadi hal yang tidak mengenakkan. Ia juga takut saya mempermalukan diri saya sendiri dan dijauhi orang lain.
Pemberian nama bukanlah hal yang mutlak. Bisa jadi, setelah lebih mengenali satu bagian, kamu merasa nama yang tadi sudah tidak cocok. Ketidakcocokan nama bisa terjadi karena sebelumnya kita belum mengenal lebih dalam satu bagian. Earley memberi saran agar Diri menanyakan nama yang diinginkan oleh bagian itu sendiri.
Walau biasanya yang bertikai adalah pihak Manajer dan Pemadam, namun antara Para Manajer juga bisa saling tidak setuju. Misalnya, pada kasus saya, Si Optimis biasanya tidak setuju dengan Pengawas. Atau bahkan bisa jadi Pengawas adalah bagian dari Pemadam, bukan Manajer. Saya belum memahami sepenuhnya, jadi bisa saja saya salah.
PEMADAM
Kalau Manajer melindungi Tahanan dengan strategi yang lebih bisa diterima, Pemadam cenderung melakukan aksinya dengan cara yang mungkin dirasa merugikan. Ini karena sistem internal berada dalam kondisi darurat, sehingga penanganan instan dan segera harus dilancarkan. Istilah asli yang digunakan adalah Firefighters, Pemadam Kebakaran, dan sesuai dengan namanya ia bertindak secara cekatan memadamkan api yang membahayakan, yang biasanya berasal dari Tahanan.
Pemadam banyak dikaitkan dengan perilaku-perilaku impulsif dan negatif. Tapi, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bagian ini juga bertindak dengan niat yang positif. Bayangkan, saat tangisan dari Tahanan mulai membanjiri kita, dan tangisan tersebut semakin kuat hingga kita tidak tahan lagi. Pemadam segera bertindak cepat dan menuntut hal-hal yang bisa meredam atau mengalihkan kita dari tangisan luarbiasa Tahanan. Ia mungkin segera meredam dengan menyuruh kita mengkonsumsi cokelat atau merokok. Ia mungkin dengan ajaib bisa menyulap Tahanan menjadi tidak terlihat atau membuat kita mengalihkan perhatian dari situasi nyata yang memicu si Tahanan. Bisa jadi ia membuat kita amnesia mendadak. Ada juga yang membuat kita mengamuk dan marah-marah seperti anak kecil. Namun, intinya yang dilakukan Pemadam adalah untuk meredam kepiluan mendalam yang dirasakan Tahanan.
Berikut contoh-contoh umum Pemadam.
- Pesulap (Magician/Confuser). Bagian ini mungkin cepat-cepat membuat pandangan dan pikiran kita kabur. Ini bisa jadi karena saat itu teman kita tiba-tiba membahas sesuatu yang memicu trauma masa kecil kita. Misalnya dihukum dengan sabuk pinggang, atau diabaikan oleh orangtua kita. Mungkin kita pernah dianiaya oleh orang terdekat kita saat kecil (secara verbal, fisik, seksual). Penyulap paham bahwa hal ini sangat menyakitkan bagi kita, sehingga ia memainkan perannya untuk membuat kita benar-benar teralihkan dengan cara mengaburkan penglihatan atau kesadaran. Kita jadi linglung dan lupa dengan apa yang sedang dibicarakan.
- Temper-tantrum. Temper tantrum adalah perilaku mengamuk yang biasanya dilakukan anak-anak. Contohnya, saat tidak dibelikan permen, ada anak-anak yang mengamuk di lantai. Bagian ini mungkin bersikap agresif dan menyerang orang lain.
- Pecandu. Yang dicandu bisa bermacam-macam. Bisa narkoba, makanan, atau minuman. Tujuan umumnya untuk menumpulkan rasa sakit yang dialami Tahanan.
Berikut contoh Pemadam yang ada dalam saya.
- Penenang (Comforter). Kadang saat kepala saya sudah penat dan tidak mampu lagi menampung, Penenang menyuruh saya untuk diam saja dan tidak melakukan apa-apa. Bahkan walau saya harus melakukan sesuatu, ia meminta saya untuk mengabaikan semuanya.
- Pesulap. Agak berbeda dengan deskripsi di atas, saat saya mulai cemas Pesulap mulai membuat saya pura-pura rileks. Ia berusaha menumpulkan rasa cemas walau tidak berhasil.
- Penyanyi. Bagian ini yang penuh tantangan bagi saya. Penyanyi memastikan sebuah lagu terus terputar di kepala saya. Beberapa hari ini di kepala saya terus terputar lagu Take Me To Church-nya Hozier. Ia membuat saya tidak bisa mengakses bagian lainnya, dan saat saya berusaha mengaksesnya, ia tidak merespon dan tetap saja menyanyikan lagu ini.
- Thanatos. Dalam psikologi Freudian, Thanatos adalah salah satu dorongan dasar manusia yang bersifat destruktif dan agresif. Bagian Thanatos dalam diri saya mendorong untuk melampiaskan amarah. Tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, kadang pelampiasannya juga cuma sampai tahap imajinasi.
TAHANAN
Tahanan bisa dibayangkan secara literal. Ia seperti dikurung dalam penjara dan tidak dibiarkan lolos oleh Para Pelindung. Ada beberapa kekhawatiran yang mendorong Pelindung melakukan ini. Mungkin Pelindung khawatir Tahanan akan mengubrak-abrik sistem yang ada. Mungkin Pelindung tidak mau Tahanan mengambil alih kesadaran kita dan membuat kita merasakan kepedihan mendalam. Mungkin Pelindung membenci Tahanan karena merasa ia sama sekali tidak berguna dan berbahaya. Untuk mengakses Tahanan, IFS menekankan sangat pentingnya untuk mendapatkan persetujuan dari Para Pelindung terlebih dahulu, karena Tahanan menyimpan emosi yang sangat kuat dan menyakitkan.
Sepanjang sesi IFS, secara ideal Diri yang harus berada di posisi sadar dalam berinteraksi dengan bagian-bagian lainnya. Saat kita mulai menghakimi atau merasa benci ke suatu bagian, artinya ada bagian lain yang melekat ke Diri, sehingga bagian tersebut yang berinteraksi ke bagian lain. Misalnya, awalnya Diri sedang berdialog dengan bagian Pemabuk. Lalu kita mulai merasa jijik dan muak dengan bagian tersebut, artinya bagian Hakim yang mulai mengambil alih kesadaran kita. Dalam situasi ini, Diri bisa meminta tolong bagian Hakim untuk berpindah dulu. Jika bagian itu tetap tidak mau pindah, berarti mungkin ada alasan kuat ia tidak mau pindah. Maka Diri akan mengakses dan berinteraksi dengan Hakim dahulu sampai tuntas, baru setelah diizinkan oleh Hakim, Diri kembali fokus kepada bagian Pemabuk.
Bagian Tahanan lebih susah untuk ditembus karena dijaga oleh banyak Pelindung. Dalam proses IFS, kita hanya boleh mengakses Tahanan setelah mendapat persetujuan penuh dari Para Pelindung. Bisa jadi proses ini berbahaya jika kita belum tahu menanganinya dan belum bisa mempertahankan Diri. Karena itu, Earley merekomendasikan terapis IFS untuk membantu dalam penanganannya, atau bantuan seorang partner untuk memfasilitasi. Sayangnya, terapis IFS di Indonesia sejauh ini belum saya tahu informasinya bila ada. Yang penting, saya rasa jangan memaksa mengakses bagian Tahanan jika belum siap.
Tahanan terbentuk sebagai akibat masa kecil yang traumatis. Kejadian traumatis ini bisa jadi banyak hal, misalnya ditinggalkan, dianiaya, dilecehkan, diabaikan, ditelantarkan, dikritik, dipermalukan, di-bully, dll. Bagian ini menyimpan banyak emosi negatif yang sangat kuat, karena itu dia dikurung oleh Para Pelindung. Dan Tahanan mungkin berusaha memberontak, atau di sisi lain merasa sangat kesepian dan takut untuk keluar.
DIRI
Diri memiliki sifat-sifat positif secara alami. Semua orang memiliki Diri yang sejati. Ini adalah asumsi yang ditetapkan dalam model IFS. Konsep Diri bisa jadi terdengar spiritual bagi beberapa orang. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
- Terhubung. Diri secara alami merasa terhubung dan ingin membina relasi yang harmonis dengan orang lain dengan cara yang suportif. Diri tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain dan membuka diri.
- Ingin tahu. Diri tidak menghakimi dan selalu ingin tahu secara tulus terhadap orang lain, secara utuh. Dengan penuh pengertian, Ia berusaha mendengarkan sudut pandang orang lain.
- Penyayang. Ketika kamu berada dalam kondisi Diri, kamu betul-betul menyayangi orang lain. Kamu peduli terhadap perasaannya dan mendukungnya mengatasi hal-hal sulit. Sifat penyayang membuat orang lain merasa diperhatikan dan aman.
- Tenang. Diri mempunyai rasa aman dan teguh, tidak mudah goyah dan terombang-ambing. Keberadaan Diri ditandai dengan kekuatan untuk mengalami sesuatu tanpa harus terbebani dan rapuh. Atau terlena dan tergoda.
Karena sifat-sifat ini, pihak yang dianggap paling efektif dalam menangani bagian-bagian internal adalah Diri. Diri berusaha meyakinkan Pelindung bahwa Ia mampu mengatasi masalah-masalah yang mungkin timbul, tanpa memaksa Para Pelindung untuk berhenti bicara. Kemudian setelah mendapatkan kepercayaan Pelindung, Ia akan mengakses dan memulihkan Tahanan. Ia bisa menjadi orangtua asuh bagi Tahanan. Ia bisa menjadi pembimbing bagi Tahanan. Dengan adanya pengertian, perhatian, dan keteguhan dari Diri, Tahanan dapat dipulihkan dari rasa sakitnya. Tahanan tidak lagi harus merasa sendiri. Para Pelindung tidak lagi harus keletihan dalam menjalankan perannya. Diri dapat mulai bekerja sama dengan tiap bagian dalam mengatasi masalah eksternal dan internal.
Bagi kalian yang tertarik dengan metode ini, dapat memesan buku Self-Therapy oleh Earley Jay di Periplus. Untuk melihat buku-buku lainnya dari Earley Jay, klik di sini. Kalian juga bisa mengunjungi website-nya di alamat berikut.
Friday, 5 December 2014
This Rain Makes The Day Look Much Aged
This was a mistake. Huft.
But there's no other living way than to overcome it. It feels very hard.
I think I want to thank and apologize to my friends and all acquaintances for knowing me. I don't know if I can go through, but at least I have to try. I don't have a strong will now to decide anything. I know I need to, but I can't believe what I decide and what I do. So I don't know again everytime I'm right or wrong.
Let's focus on positive things. Now I'm still breathing. I can take off this burden. I've apologized a little to someone, and we forgive each other. I still have friends. My friends give smiles to me, and they're kind. Some close friends are accepting after many times I give them dissapointment, maybe. I still have my two hands and two feet. Now I have so much more time I can use to read something or maybe to write something.
Deep down in my heart, honestly, I feel loss and cowardice. I can't lie, I can't change it neither. I don't have a strategy. I'm afraid to lose the only big dream I tried so hard to keep. I held it for more than ten years. Now I'm losing it all because of me.
I'm failing to take that victory.
I'm trying to believe there's still another door preparing to be opened by me. I really wish. I want to prove to myself that I'm something to this world. I don't want to be just another oxygen sucker and waster. And I hope that I can hold on you, myself, until I reach that point. I don't know, figuring out the future is still a major problem for me. Every feelings are unpredictable. Life is unexpectable, too.
Raining marks the tone of my emotion right now. Suicide feeling still haunts me sometimes, and then it's gone. I have fear of dying. And I don't know how to kill myself effectively. And the consequences. So I guess I'll just keep walking. I don't want to sleep all the time. I hate sleeping.
But there's no other living way than to overcome it. It feels very hard.
I think I want to thank and apologize to my friends and all acquaintances for knowing me. I don't know if I can go through, but at least I have to try. I don't have a strong will now to decide anything. I know I need to, but I can't believe what I decide and what I do. So I don't know again everytime I'm right or wrong.
Let's focus on positive things. Now I'm still breathing. I can take off this burden. I've apologized a little to someone, and we forgive each other. I still have friends. My friends give smiles to me, and they're kind. Some close friends are accepting after many times I give them dissapointment, maybe. I still have my two hands and two feet. Now I have so much more time I can use to read something or maybe to write something.
Deep down in my heart, honestly, I feel loss and cowardice. I can't lie, I can't change it neither. I don't have a strategy. I'm afraid to lose the only big dream I tried so hard to keep. I held it for more than ten years. Now I'm losing it all because of me.
I'm failing to take that victory.
I'm trying to believe there's still another door preparing to be opened by me. I really wish. I want to prove to myself that I'm something to this world. I don't want to be just another oxygen sucker and waster. And I hope that I can hold on you, myself, until I reach that point. I don't know, figuring out the future is still a major problem for me. Every feelings are unpredictable. Life is unexpectable, too.
Raining marks the tone of my emotion right now. Suicide feeling still haunts me sometimes, and then it's gone. I have fear of dying. And I don't know how to kill myself effectively. And the consequences. So I guess I'll just keep walking. I don't want to sleep all the time. I hate sleeping.
Tuesday, 12 August 2014
Disiplin?
Tanpa sadar saya menjalankan kebiasaan ini lagi. Dari yang awalnya sudah berniat untuk serius membuat hidup lebih terorganisir dan sehat, kini saya kembali ke rutinitas mendarah daging saya. Tidak disiplin dalam mengatur waktu.
Saat ini semestinya saya sudah berada di ranjang dan tertidur. Tapi saya malah di sini. Membuat dan mendesain blog baru. Untuk yang kesekian kalinya. Dan proses penciptaan blog baru yang saya lakukan tidak sebentar. Selalu ada dorongan, entah dari mana, untuk terus menyempurnakan sesuatu, walau dari awal saya sudah mencamkan bahwa ini harus simpel saja.
Padahal, beberapa jam lalu saat main PS3, mata saya udah berat dan nikmatnya minta ampun. Tapi, mata ini malah kembali melongo.
Berawal dari keinginan saya untuk menulis artikel mengenai permasalahan konflik Gaza tanpa mengesampingkan pandangan dan ketidakformalan tulisan saya. Karena itulah blog ini saya buat. Saya menerapkan satu syarat untuk blog ini: Saya bebas menulis tentang topik yang saya inginkan. Soalnya gimana ya, blog-blog saya yang sebelumnya kebanyakan isinya cuma data, bukan opini saya, karena memang saya lebih pandai menuliskan data daripada opini. Tapi lama-lama ga tahan juga, dan saya rasa kemampuan menyampaikan opini ini penting untuk dilatih. Jadi, kenapa tidak.
Kembali ke permasalahan susahnya saya menjadwalkan diri. Sekarang sudah jam 3 malam.
Karena saya udah ga tahu mau nulis apa, jadi postingan ini saya akhiri di sini. Pembahasan konflik Gaza saya rangkumkan lain waktu aja...
Saat ini semestinya saya sudah berada di ranjang dan tertidur. Tapi saya malah di sini. Membuat dan mendesain blog baru. Untuk yang kesekian kalinya. Dan proses penciptaan blog baru yang saya lakukan tidak sebentar. Selalu ada dorongan, entah dari mana, untuk terus menyempurnakan sesuatu, walau dari awal saya sudah mencamkan bahwa ini harus simpel saja.
Padahal, beberapa jam lalu saat main PS3, mata saya udah berat dan nikmatnya minta ampun. Tapi, mata ini malah kembali melongo.
Berawal dari keinginan saya untuk menulis artikel mengenai permasalahan konflik Gaza tanpa mengesampingkan pandangan dan ketidakformalan tulisan saya. Karena itulah blog ini saya buat. Saya menerapkan satu syarat untuk blog ini: Saya bebas menulis tentang topik yang saya inginkan. Soalnya gimana ya, blog-blog saya yang sebelumnya kebanyakan isinya cuma data, bukan opini saya, karena memang saya lebih pandai menuliskan data daripada opini. Tapi lama-lama ga tahan juga, dan saya rasa kemampuan menyampaikan opini ini penting untuk dilatih. Jadi, kenapa tidak.
Kembali ke permasalahan susahnya saya menjadwalkan diri. Sekarang sudah jam 3 malam.
Karena saya udah ga tahu mau nulis apa, jadi postingan ini saya akhiri di sini. Pembahasan konflik Gaza saya rangkumkan lain waktu aja...
Subscribe to:
Posts (Atom)